KURANG TIDUR dan burnout semakin menekan kesehatan mental mahasiswa Indonesia. Tekanan akademik yang terus meningkat membuat masalah ini menjadi tantangan utama. Temuan tersebut berasal dari Global Student Survey 2025 yang dilakukan Chegg secara daring pada 1–23 Oktober 2024 terhadap 11.706 mahasiswa berusia 18–21 tahun di 15 negara, termasuk Indonesia.
Survei mencatat 59 persen mahasiswa Indonesia menilai kesehatan mentalnya baik, 11 persen menilai buruk, dan sisanya bersikap netral. Sebanyak 60 persen responden mengaku kekurangan tidur. Padatnya tugas dan ujian menghalangi mereka untuk beristirahat cukup. Aktivitas luar kampus juga menguras tenaga.
Burnout akademik melanda 56 persen mahasiswa. Mereka merasa jenuh dan stres karena beban kelas yang berat. Kondisi ini berpotensi mengganggu proses belajar jika terus berlanjut. Sebanyak 42 persen responden mengaku tidak menerapkan gaya hidup sehat karena keterbatasan waktu, rasa malas, dan kelelahan.
Gangguan kecemasan memengaruhi 35 persen mahasiswa. Sebanyak 33 persen kesulitan membangun pertemanan dengan orang baru, dan 11 persen merasa dosen tidak menghormati mereka. Data tersebut menunjukkan bahwa tantangan kesehatan mental mahasiswa tidak hanya berasal dari tekanan akademik, tetapi juga dari masalah sosial dan kesejahteraan diri.
Pihak kampus dan dunia pendidikan perlu menyeimbangkan beban belajar dengan kesehatan mental mahasiswa. Generasi terdidik yang sehat secara mental akan menjadi modal penting bagi masa depan bangsa.(*)
Baca juga: Mahasiswa Indonesia Paling Rajin Pakai AI: 32 Persen Akses 2–5 Kali Sehari
Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin