SUARA mesin pabrik berhenti satu per satu. Di sudut kota, pintu kantor tertutup rapat, menyisakan wajah-wajah resah para pekerja yang melepas seragam untuk terakhir kalinya. Fenomena ini kini menyebar ke banyak wilayah.
Data Satu Data Ketenagakerjaan mencatat 42.385 pekerja kehilangan pekerjaan sepanjang Januari–Juni 2025, dengan puncaknya pada Februari ketika 17.796 orang berhenti bekerja. Angka ini sejalan dengan temuan Tim Riset GoodStats melalui Survei Indeks Optimisme 2025, yang menunjukkan 67,6 persen publik mengaku mengalami atau menyaksikan pemutusan hubungan kerja (PHK) di sekitar mereka dalam enam bulan terakhir.
Sebanyak 1.020 responden dari seluruh Indonesia mengikuti survei ini. Tim riset mengumpulkan data sejak 3 Juni hingga 3 Juli 2025 menggunakan metode online survey dan focus group discussion (FGD).
Hanya 32,4 persen responden yang tidak mengalami atau menyaksikan PHK di lingkungannya. Artinya, satu dari tiga orang masih luput dari badai PHK.

Dilansir dari halaman web UGM, pengamat ketenagakerjaan menilai pemerintah belum memberikan respons memadai. Kurangnya langkah konkret berisiko memperburuk krisis, memicu kenaikan angka pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas. Pemerintah perlu menciptakan lapangan kerja baru lewat investasi besar di sektor padat karya, seperti industri tekstil dan garmen.
Kondisi ini mengingatkan bahwa ketahanan ekonomi tidak cukup hanya mengandalkan pertumbuhan angka, tetapi juga harus melindungi tenaga kerja yang menggerakkan roda kehidupan masyarakat.(*)
Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin