DI BANYAK penjuru dunia, suara tembakan dan ledakan masih menggantikan bunyi lonceng perdamaian. Tahun 2025 belum memberi harapan besar bagi stabilitas global. Banyak negara justru tenggelam lebih dalam dalam konflik, kekerasan dan ketidakpastian.
Laporan Global Peace Index (GPI) 2025 yang dirilis oleh Institute of Economics and Peace (IEP) menegaskan bahwa kedamaian dunia tengah mengalami kemunduran. Ketegangan geopolitik, peningkatan militerisasi dan ketidakamanan sosial menjadi faktor utama. GPI menilai tingkat kedamaian 163 negara melalui 23 indikator yang dikelompokkan ke dalam tiga domain besar: konflik domestik dan internasional yang sedang berlangsung, keamanan dan keselamatan sosial, serta tingkat militerisasi. Skor GPI menggunakan skala 1 hingga 5. Di mana skor mendekati 5 menunjukkan tingkat kedamaian yang sangat rendah.
Tahun ini, Rusia menjadi negara dengan skor kedamaian terendah, yakni 3,441. Invasi ke Ukraina yang masih berlangsung. Selain itu, sanksi internasional dan meningkatnya isolasi global, terus menekan stabilitas negara tersebut. Ukraina menyusul dengan skor 3,434. Akibat dampak invasi berkepanjangan yang menghancurkan infrastruktur, menewaskan ribuan warga sipil, serta memperburuk krisis kemanusiaan.
Negara-negara lain dalam daftar seperti Sudan (3,323), Yaman (3,262), dan Republik Demokratik Kongo (3,292) juga mencatat skor rendah akibat konflik internal bersenjata dan krisis politik yang tak kunjung terselesaikan. Afghanistan (3,229) dan Suriah (3,184) tetap berada di posisi yang buruk karena ketegangan politik dan kekerasan kelompok bersenjata yang masih merajalela. Sementara itu, Sudan Selatan (3,117) dan Mali (3,061) terus berjuang dengan konflik etnis dan pemerintahan yang rapuh.
Sementara itu, Israel berada di posisi kesembilan sebagai negara paling tidak damai di dunia dengan skor 3,108. Masuknya Israel ke dalam daftar ini tak lepas dari situasi di Gaza. Operasi militer Israel di Jalur Gaza disebut banyak pihak sebagai bentuk genosida terhadap warga Palestina. Ketegangan geopolitik dengan Iran makin memanas. Hubungan diplomatik yang renggang dengan sekutu seperti AS turut memperburuk persepsi kedamaian Israel di dalam dan luar negeri.

Indonesia mencatat skor 1,786 dalam Indeks Perdamaian Global, menempatkannya dalam kategori negara dengan tingkat kedamaian yang relatif tinggi. Skor ini mencerminkan stabilitas domestik yang cukup baik, minimnya konflik bersenjata, serta upaya berkelanjutan dalam menjaga keamanan dan ketertiban sosial. Artinya, secara umum masyarakat Indonesia dapat hidup dalam suasana yang aman dan damai.
Situasi ini menunjukkan bahwa perdamaian dunia masih rapuh. Konflik yang terus berlangsung tidak hanya mengancam keamanan satu negara, tetapi juga kestabilan kawasan dan kemanusiaan secara global. Laporan GPI 2025 menjadi pengingat bahwa tanpa komitmen serius terhadap diplomasi, keadilan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, perdamaian hanya akan menjadi harapan kosong di tengah riuhnya perang dan perebutan kuasa.(*)
Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin