Indonesia Pimpin Produksi Cengkih Dunia, Kalahkan Madagaskar dan Tanzania

kaltimes.com
6 Agu 2025
Share

LANGIT PETANI di Sulawesi cerah ketika panen cengkih dimulai. Aroma tajam rempah itu menyebar dari kebun ke pasar dunia, tanda bahwa Indonesia tetap jadi penguasa utama komoditas ini.

Cengkih merupakan rempah bernilai tinggi. Di dalamnya terdapat eugenol, senyawa penting untuk industri rokok kretek, obat herbal, hingga minyak esensial. Tak hanya untuk kebutuhan dalam negeri, cengkih juga jadi andalan ekspor bagi banyak negara tropis.

Data Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dan nternational Trade Centre (ITC) produksi tahun 2023 menunjukkan dominasi Indonesia secara mutlak. Indonesia menghasilkan 134,2 ribu ton cengkih. Nilai ini jauh di atas negara pesaing.

Madagaskar hanya memproduksi 25–30 ribu ton, dengan aroma manis khas yang laku di Eropa dan AS. Tanzania berada di posisi ketiga, dengan 20–23 ribu ton cengkih yang sebagian besar berasal dari Zanzibar. Sri Lanka menyumbang 9–11 ribu ton untuk pasar Asia Selatan, terutama Ayurveda dan masakan lokal. Sementara Komoro memproduksi sekitar 5–6,5 ribu ton dan menjadikannya komoditas ekspor penting.

Produksi cengkih Indonesia cenderung stabil dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan data FAO dan ITC, total produksi berkisar antara 120.000 hingga 135.000 ton per tahun. Rinciannya: 139 ribu ton pada 2019, 139,1 ribu ton (2020), 135,7 ribu ton (2021), 136 ribu ton (2022) dan 134,1 ribu ton (2023). Angka ini mencerminkan kekuatan sistem pertanian cengkih Indonesia, terutama di wilayah timur seperti Sulawesi dan Maluku.

Keunggulan Indonesia ada pada kualitasnya. Kandungan eugenol yang tinggi membuat cengkih Indonesia sangat dicari. India dan Eropa menjadi pasar utama. Selain memberi nilai ekonomi tinggi, cengkih juga menguatkan posisi Indonesia dalam rantai pasok rempah dunia.(*)

Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin