Peta Dunia Kuliner: Prancis Tertinggi, Indonesia Belum Tersentuh Michelin

kaltimes.com
2 Jul 2025
Share

AROMA masakan mewah, keheningan ruang bersantap, serta kebanggaan setiap suapan. Bintang Michelin bukan sekadar penghargaan, tapi simbol pencapaian dalam dunia kuliner yang menggetarkan emosi pecinta rasa.

Panduan Michelin pertama kali diterbitkan pada tahun 1900 oleh perusahaan ban Michelin di Prancis, sebagai buku panduan gratis bagi pengendara mobil. Isinya berisi peta, informasi bengkel, dan rekomendasi tempat makan serta penginapan untuk membantu perjalanan. Seiring waktu, bagian kuliner dalam panduan tersebut semakin berkembang dan akhirnya menjadi acuan prestisius dalam dunia gastronomi. Restoran yang dinilai layak akan mendapat bintang satu hingga tiga, berdasarkan kualitas bahan, teknik memasak, rasa, konsistensi dan pengalaman bersantap secara keseluruhan.

Data GoodStat menunjukkan Prancis memimpin dengan 636 restoran bintang Michelin. Jepang menyusul dengan 387, Italia 381, Jerman 330, Spanyol 267, Amerika Serikat 234, Inggris 185, Belgia 141, Swiss 132, dan China 123 restoran. Perbedaan jumlah mencerminkan warisan kuliner, infrastruktur, serta inspektur ahli yang rutin memantau dan menilai restoran di negara-negara ini.

Meski Jakarta menyuguhkan kekayaan kuliner yang tak kalah dengan kota-kota berbintang Michelin, hingga kini belum ada satu pun restoran di Indonesia yang masuk dalam panduan resmi Michelin. Bukan karena kualitas makanannya kurang, melainkan karena Michelin Guide memang belum secara resmi hadir dan beroperasi di Indonesia. 

Seperti dijelaskan dalam artikel This Indonesian capital rivals Michelin-starred cities with hidden culinary treasures (locals say it’s Asia’s best-kept food secret) oleh John (2025), Jakarta justru menawarkan pengalaman kuliner yang autentik dan kreatif. Dari warung kaki lima hingga restoran fine dining yang bahkan dinilai menyaingi kota-kota kuliner dunia. Banyak restoran di Jakarta, seperti August dan Plataran Menteng, mendapat pengakuan internasional meski tanpa label bintang. Dengan teknik memasak modern yang tetap berpijak pada cita rasa tradisional, Jakarta membuktikan bahwa kualitas kuliner tidak selalu membutuhkan pengakuan dari Michelin untuk bersinar.

Kesimpulannya, kepemilikan restoran bintang Michelin sangat dipengaruhi oleh sejarah kuliner, dukungan publik, dan jaringan panduan gastronomi. Meski Indonesia kaya citarasa dan budaya kuliner, tantangan dalam pengakuan internasional masih besar. Namun bukan tidak mungkin jika dukungan terus berkembang, ke depannya negeri ini bisa saja masuk dalam peta bintang Michelin.(*)

Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin