Lebih dari Sekadar Angka: Makna Politik dan Sejarah di Balik Kode Telepon Dunia

kaltimes.com
25 Jun 2025
Share

KITA bisa tinggal di zona waktu berbeda, dipisahkan ribuan kilometer, bahkan tak pernah saling bertemu. Tapi satu deret angka dengan tanda plus di depannya bisa menyatukan kabar, suara, dan rindu. Nomor telepon adalah jembatan sederhana yang menghubungkan manusia di seluruh dunia.

Di balik nomor telepon internasional, ada sistem global yang membagi dunia ke dalam zona numerik berdasarkan wilayah geografis. Sistem ini disusun oleh International Telecommunication Union (ITU). Formatnya mengikuti pola: + [kode negara] [kode area/kota] [nomor lokal], yang memungkinkan kita menghubungi siapa pun di dunia hanya dengan mengikuti urutan angka yang tepat.

Dilansir Map of World Setiap zona dunia punya kode awal berbeda:

KodeWilayah
+1Amerika Utara dan Karibia
+2Afrika dan sebagian Timur Tengah
+3 +4Eropa
+5Amerika Selatan dan sebagian Amerika Tengah
+6Asia Tenggara dan Oseania
+7Rusia dan Kazakhstan
+8Asia Timur
+9Asia Selatan, Timur Tengah, dan sebagian Asia Timur lainnya

Perbedaan panjang kode seperti ada yang satu, dua, hingga tiga digit berkaitan dengan sejarah, cakupan wilayah dan struktur sistem komunikasi. Kawasan besar seperti Amerika Utara mendapat kode pendek +1 karena menggunakan sistem terpusat North American Numbering Plan (NANP) sejak 1947. Sementara itu, sebagian negara baru atau kecil diberi kode tiga digit, misalnya +970 untuk Palestina.(Telephone Area Codes | Area Code Lookup | Area Codes Map| International Dialing Codes, Map of World, 2025)

Di Asia Tenggara (zona +6), tiap negara memiliki kode unik: Indonesia +62, Malaysia +60, Singapura +65, dan Thailand +66. Namun meski sama-sama berada di Asia, Jepang (+81) dan Korea Selatan (+82) tidak termasuk zona ini. Mereka masuk ke zona +8. Pemisahan ini dibuat untuk membedakan kawasan Asia Timur dari Asia Tenggara

Di Eropa, negara-negara memiliki kode masing-masing: Inggris +44, Jerman +49, dan Yunani +30. Sistem komunikasi di Eropa sejak awal berkembang secara terpisah, sehingga mereka diberi identitas tersendiri melalui kode +3 dan +4. 

Di Amerika Selatan, Brasil menggunakan +55 dan Meksiko +52. Keduanya tidak memakai +1 karena tidak termasuk dalam NANP dan memiliki sistem komunikasi nasional masing-masing. Meksiko bahkan pernah tergabung dalam NANP, namun keluar pada 1960-an dan diberi kode +52 oleh ITU.

Rusia tetap menggunakan +7, warisan dari masa Uni Soviet. Setelah pecahnya Uni Soviet pada 1991, sebagian negara seperti Kazakhstan ikut mempertahankan +7, sementara yang lain mendapat kode baru. Contohnya: Ukraina +380, Uzbekistan +998, Armenia +374, dan Georgia +995. Kode-kode ini menjadi simbol pemisahan sistem komunikasi dan pengakuan terhadap kedaulatan negara-negara tersebut.

Hal yang sama juga terjadi pada Palestina, yang kini menggunakan +970. Sebelumnya, wilayah ini memakai +972 milik Israel karena infrastrukturnya masih dalam kontrol Israel. Pemberian kode baru oleh ITU adalah bentuk pengakuan administratif terhadap Palestina sebagai entitas independen, meski status kenegaraannya masih belum diakui secara penuh oleh seluruh dunia. Inilah yang disebut sebagai pengakuan parsial, di mana sebagian negara dan organisasi internasional mengakui keberadaan suatu entitas sebagai negara, tetapi tidak secara universal.

Meski sistem angka ini tampak teknis, di balik tiap kode tersimpan cerita tentang identitas, sejarah, dan pengakuan. Secara eksplisit, memiliki kode telepon adalah bentuk pengakuan terhadap keberadaan suatu negara di panggung global. Dunia mungkin luas, tapi satu deret nomor bisa menghapus batas dan mendekatkan yang jauh.(*)

Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin