Setiap Biji Bercerita: 1,4 Ton Kakao Kaltim Siap ke Panggung Global

kaltimes.com
3 Nov 2025
Share
Seorang petani sedang memotong buah kakao yang telah masak. Foto: Krakakoa

SETIAP pagi, aroma manis buah kakao matang menyelimuti udara. Di bawah naungan pohon rimbun, biji-biji emas siap dipanen oleh tangan-tangan petani. Suasana ini menjadi penanda bahwa kakao adalah komoditas hidup dan berkelanjutan.

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang punya peranan penting bagi perekonomian nasional. Komoditas ini menambah devisa negara. Kakao juga menopang pendapatan berkelanjutan bagi jutaan petani di berbagai daerah. Faktanya, berdasarkan Outlook Kakao Indonesia 2025 dari Kementerian Pertanian, kakao punya nilai tinggi di pasar global. Nilai tinggi ini berkat manfaat kesehatannya. Kandungan antioksidan seperti procyanidin dan flavonoid mampu menurunkan risiko penyakit jantung.

Popularitas kakao semakin meningkat seiring pesatnya perkembangan industri kuliner. Perkembangan ini terutama terjadi pada produk cokelat premium dan functional chocolate. Functional chocolate adalah cokelat yang diperkaya dengan bahan bernutrisi tambahan. Fenomena ini memperkuat posisi kakao sebagai komoditas unggulan. Permintaan komoditas ini stabil. Olahan kakao digemari oleh berbagai kalangan tanpa batas usia maupun status sosial.

Jangkauan Ekspor Kakao Indonesia: India Teratas

Indonesia menunjukkan capaian ekspor kakao yang positif pada tahun 2024. Jangkauan pasarnya pun semakin luas. Pasar Indonesia mencakup negara-negara di Asia, Eropa, dan Amerika. Kementerian Pertanian mencatat India memimpin sebagai negara tujuan ekspor terbesar. Nilai ekspor ke India mencapai US$ 471,03 juta. Angka ini sekitar 17,99 persen dari total ekspor kakao nasional.

Tingginya permintaan dari India menunjukkan besarnya potensi pasar di sana. Industri pengolahan makanan dan cokelat India tengah tumbuh pesat. Kondisi ini menegaskan kakao Indonesia mampu bersaing di pasar global. Di urutan kedua, Amerika Serikat menjadi pasar penting. AS menyumbang kontribusi 15,72 persen. Diikuti Malaysia sebesar 9,80 persen. Malaysia memanfaatkan kakao Indonesia sebagai bahan baku industri pengolahan lokal.

Sementara itu, China, Estonia, dan Belanda mencatat pangsa 8,33 persen, 7,96 persen, dan 6,36 persen. Kehadiran negara-negara Eropa seperti Estonia dan Belanda dalam daftar enam besar menunjukkan mutu produk kakao Indonesia. Produk kita telah menembus pasar dengan standar tinggi. Di sisi lain, Australia dan Rusia menempati posisi berikutnya. Pangsa kedua negara ini di bawah 6 persen. Sisanya sebesar 22,74 persen tersebar ke berbagai negara lainnya di dunia.

Diversifikasi tujuan ekspor ini memperkuat daya saing komoditas perkebunan nasional. Upaya ini juga menjaga ketahanan sektor ekspor nonmigas.

Peran Sentra Kakao Kalimantan Timur

Foto: Ilustrasi petani kakao (Pinterest)

Di samping kinerja ekspor nasional, kakao juga memegang peranan strategis di Kalimantan Timur (Kaltim). RPJMD Kaltim 2025-2029 menetapkan kakao sebagai salah satu komoditas unggulan daerah. BPS Kaltim mencatat tren produksi yang positif pada tahun 2024.

Data tahun 2024 menunjukkan Kutai Timur adalah penghasil kakao terbesar di Kaltim. Kabupaten ini memproduksi 1.456 ton kakao. Volume ini menjadikannya sentra produksi utama. Kontribusi Kutai Timur harus menjadi perhatian serius. Perhatian ini penting untuk pengembangan hilirisasi kakao regional.

Di urutan kedua, Kabupaten Berau mencatat produksi 725 ton. Kabupaten Mahakam Ulu menyusul di posisi ketiga dengan 289 ton. Meskipun volume ini masih kecil dibandingkan sentra nasional lain, tiga kabupaten ini adalah masa depan kakao Kaltim. Perhatian khusus pada peningkatan kualitas dan pengolahan biji harus dilakukan.

Kunci Kepercayaan Pembeli Global

Petani kakao dapat memperluas jangkauan pasar global melalui media sosial. Petani bisa memperlihatkan konten kebun kakao mereka. Konten ini membangun kepercayaan pembeli. Pembeli luar negeri dapat melihat langsung proses budidaya. Oleh karena itu, konten yang dibuat harus menggunakan bahasa Inggris. Chocolate makers global sangat menghargai transparansi. Transparansi ini penting dari proses penanaman hingga pascapanen.

Kinerja ekspor kakao nasional membuktikan produk kita berkualitas dunia. Kini, saatnya daerah seperti Kaltim mengambil porsi lebih besar. Kaltim harus menjadikan biji cokelat lokal sebagai komoditas yang membanggakan. Semangat ini harus kita jaga untuk kemajuan seluruh perkebunan Indonesia.(*)

Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin