China Dominasi Impor Indonesia 2024, Nilai Capai US$ 73,85 Miliar

kaltimes.com
21 Agu 2025
Share

DI PASAR tradisional hingga pusat perbelanjaan modern, banyak barang yang dipakai masyarakat ternyata berasal dari luar negeri. Gawai, pakaian, hingga bahan kimia masuk setiap hari lewat jalur impor.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada 2024 mencapai US$ 235,20 miliar, naik 5,14 persen dibandingkan 2023. Kenaikan ini menunjukkan kebutuhan dalam negeri terhadap barang konsumsi dan bahan baku industri semakin besar.

China menempati posisi pertama sebagai negara asal impor terbesar. Nilainya mencapai US$ 73,85 miliar, naik 16,51 persen dari tahun sebelumnya. Indonesia banyak membeli elektronik, mesin, tekstil, serta produk rumah tangga dari China.

Singapura berada di urutan kedua dengan nilai US$ 21,53 miliar, naik 16,90 persen. Negara tetangga ini berperan sebagai pusat distribusi regional. Barang yang masuk lewat Singapura antara lain bahan bakar minyak, produk kimia, dan peralatan elektronik.


Berbeda dengan dua negara tersebut, Jepang justru mengalami penurunan impor. Nilainya turun 9,43 persen menjadi US$ 14,98 miliar. Indonesia mengimpor kendaraan bermotor, suku cadang, serta mesin industri dari Jepang. Penurunan ini bisa menandakan pergeseran permintaan atau munculnya sumber pasokan baru.

Amerika Serikat berada di posisi keempat dengan nilai US$ 12,02 miliar, naik 6,38 persen. Negeri Paman Sam banyak memasok kedelai, kapas, produk farmasi, serta mesin teknologi.

Malaysia menyusul dengan nilai US$ 10,92 miliar atau naik 1,27 persen. Impor dari Malaysia meliputi produk minyak sawit olahan, bahan kimia, dan elektronik.

Lima negara ini secara kolektif menyumbang 56,68 persen dari total impor Indonesia pada 2024. Angka tersebut menunjukkan ketergantungan tinggi pada mitra utama. Situasi ini menuntut Indonesia memperkuat industri dalam negeri sekaligus menjaga keseimbangan perdagangan.

Dalam jangka panjang, data ini menjadi pengingat penting. Barang impor memang mendukung konsumsi dan industri, tetapi kemandirian produksi tetap harus dijaga.(*)


Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin