Bahaya! 23 Persen Orang Indonesia Tukar Data Demi Diskon

kaltimes.com
20 Agu 2025
Share

DI ERA digital, banyak orang tergoda oleh iming-iming potongan harga dan hadiah. Tawaran itu sering muncul dengan syarat sederhana: memasukkan data pribadi.

Survei Profil Internet Indonesia 2025 dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat 58,52 persen publik Indonesia mengalami kasus keamanan saat mengakses internet. Survei ini berlangsung pada 10 April–16 Juli 2025 dengan melibatkan 8.700 responden di 38 provinsi.

Kasus penipuan online menempati posisi teratas. Sepanjang 2025, 22 persen responden mengaku menjadi korban. Salah satu pintu masuk kejahatan daring muncul dari kebocoran data pribadi. Dengan informasi yang bocor, pelaku bisa memulai berbagai modus penipuan.

Menariknya, kebocoran tidak selalu disebabkan peretasan. Sebagian besar justru terjadi karena pengguna dengan sukarela membagikan data. APJII mencatat 23,90 persen responden rela menyerahkan data pribadi demi mengakses konten promosi atau diskon. Selain itu, 16,45 persen responden memberikan data untuk undian atau hadiah.

Informasi viral dan sensasional juga membuat masyarakat tergoda. Sebanyak 14,32 persen responden bersedia memasukkan data pribadi untuk mendapatkannya. Sementara itu, hanya 16,24 persen responden menolak memberikan data pribadi karena tidak menemukan konten menarik.

Di sisi lain, ada kondisi ketika pengguna memang perlu membagikan data, misalnya untuk konfirmasi bank, seminar, atau akses tawaran pekerjaan. Namun, kebiasaan memberikan data tanpa pikir panjang justru membuat publik rentan menjadi korban kejahatan daring.

Data pribadi kini menjadi “mata uang” baru di dunia digital. Publik perlu lebih bijak dan hanya memberikan data kepada pihak yang benar-benar tepercaya. Menjaga data sama pentingnya dengan menjaga keamanan diri di dunia nyata.(*)


Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin