RASA TAKUT, tekanan psikis, dan janji palsu masih membekas pada ratusan korban. Di balik senyapnya angka, ada jeritan yang tak terdengar.
Hingga awal Agustus 2025, tercatat 450 warga Indonesia menjadi korban perdagangan manusia. Mereka tersebar di berbagai wilayah dan rentan terhadap tipu daya jaringan terorganisir. Data ini dirilis oleh Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas), mencatat kasus dari Januari hingga 5 Agustus.
Kasus muncul setiap bulan, dengan pola naik-turun. Januari tercatat 75 korban, turun sedikit di Februari (67), lalu 60 korban pada Maret. April sempat mereda (24 korban), tetapi kembali melonjak pada Mei (75) dan Juni (74). Juli ada 64 korban. Awal Agustus menambah 11 korban baru.

Jawa Barat mencatat jumlah korban terbanyak. Diikuti Jawa Timur dengan 55 korban. Sebagian besar berasal dari daerah padat penduduk dan tingkat literasi migrasi yang rendah.
Modus yang digunakan beragam. Dilansir Hukum Online, modusnya mulai dari pemalsuan dokumen kerja hingga eksploitasi seksual. Ada juga kawin kontrak, pengangkatan bayi ilegal, hingga anak-anak yang dipaksa bekerja di jermal. Semua dibungkus dengan janji pekerjaan dan kehidupan lebih baik.
Salah satu kasus terbesar terjadi di Myanmar. Dilansir Seketariat Negara, sebanyak 554 WNI berhasil dipulangkan dari Myawaddy, wilayah konflik yang dikuasai jaringan penipuan daring. Mereka dipaksa bekerja, disekap, bahkan diancam organ tubuhnya akan diambil jika tak patuh.
Evakuasi berlangsung dalam dua tahap. Pada 18 Maret 2025, sebanyak 400 orang dipulangkan. Sehari kemudian, 154 orang menyusul. Setibanya di Indonesia, mereka dibawa ke Asrama Haji Pondok Gede. Pemerintah memberi bantuan makanan, layanan medis, dan pendampingan trauma.
Menteri Luar Negeri Sugiono menyebut pemulangan dilakukan lewat jalur darat lintas perbatasan Myanmar–Thailand. Lokasi semula di Mae Sot, lalu dipindahkan ke Bandara Don Mueang, Bangkok, demi keamanan.
Ia mengingatkan masyarakat agar tidak tergiur tawaran kerja instan. Semua proses kerja ke luar negeri harus lewat jalur resmi. Di sisi lain, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Abdul Kadir Karding memastikan seluruh korban akan didampingi sampai pulih. Bukan hanya fisik, tapi juga mental dan sosial.(*)
Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin