10 Model AI dengan IQ Tertinggi 2025, Gemini 2.5 Pro Puncaki Daftar

kaltimes.com
13 Sep 2025
Share

GEMERLAP inovasi digital kini kian terasa dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran kecerdasan buatan membuat banyak pekerjaan manusia lebih cepat dan mudah.

Teknologi AI berkembang pesat dan jadi bagian penting dalam berbagai aktivitas. Perusahaan raksasa teknologi terus berlomba merilis model baru yang lebih pintar, lebih cepat, dan lebih adaptif terhadap kebutuhan manusia.

10 Model AI dengan Skor IQ Tertinggi

Berdasarkan pengujian Tracking AI, Gemini 2.5 Pro saat ini menempati posisi teratas sebagai model AI paling pintar yang tersedia untuk publik. Model ini mencatat skor IQ 136 pada tes Mensa Norway, skor yang masuk kategori sangat pintar.

Dua model lain juga berada di kategori sama, yaitu OpenAI GPT-5 Pro dan OpenAI GPT-5 Thinking, keduanya meraih skor 135. Grok-4, model yang terintegrasi dengan media sosial X, menyusul dengan skor 125.

OpenAI GPT-5 masuk lima besar dengan skor 124. Claude-4 Sonnet dan Claude-4 Opus ada di posisi berikutnya dengan skor 119 dan 117. OpenAI GPT-5 Pro (Vision) berada di peringkat kedelapan dengan skor 113.

Model AI asal China, DeepSeek R1, menduduki peringkat sembilan dengan skor 111. Llama 4 Maverick menutup daftar sepuluh besar dengan skor 98, setara dengan rata-rata IQ manusia.

Tantangan Etika dan Regulasi

Data ini menunjukkan bahwa kecerdasan buatan makin mendekati, bahkan dalam beberapa kasus melampaui, kapasitas kognitif manusia. AI kini mampu menjawab soal kompleks, memahami pola bahasa, dan memberikan solusi praktis dengan akurasi tinggi.

Namun, semakin cerdas sebuah AI, semakin besar pula tantangan etika dan regulasi yang muncul. Risiko penyalahgunaan data, potensi bias algoritma, dan ancaman terhadap lapangan kerja harus ditangani serius. Selain itu, persaingan antar perusahaan teknologi mendorong perilisan model baru secara cepat, yang bisa mengorbankan keamanan dan transparansi.

Para ahli menilai regulasi global yang jelas menjadi kunci agar perkembangan AI tetap berpihak pada manusia. Tanpa kerangka hukum dan etika yang kuat, kecerdasan yang luar biasa ini berpotensi berubah menjadi ancaman ketimbang peluang.

Kini, pertanyaannya bukan hanya siapa yang paling pintar, tetapi juga bagaimana kecerdasan itu digunakan demi kebaikan bersama. (*)


Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin