INDONESIA mencatat tingkat literasi 96 persen, menempati posisi ke-4 di Asia Tenggara berdasarkan data World Bank tahun 2022. Brunei Darussalam memimpin dengan 98 persen, diikuti oleh Singapura (97 persen) dan Filipina (96 persen). Vietnam berada di peringkat ke-5 dengan 95,8 persen, sementara negara lain seperti Malaysia (94,97 persen), Thailand (93,77 persen), Myanmar (89,07 persen), Laos (84,66 persen), Kamboja (80,53 persen), dan Timor Leste (68,07 persen) memiliki tingkat literasi lebih rendah.

Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data Perpusnas (diakses 26 Februari 2025, pukul 13.38 Wita), TGM naik dari 53,84 pada 2019 menjadi 72,44 pada 2024. Indikator TGM mencakup frekuensi dan durasi membaca, jumlah buku yang dibaca, serta akses internet. Semakin tinggi nilai TGM, semakin baik karena menunjukkan kebiasaan membaca yang lebih aktif dan akses yang lebih luas terhadap bahan bacaan. Peningkatan ini mencerminkan efektivitas program literasi dari pemerintah, perpustakaan, dan komunitas, dengan TGM 2024 melampaui target 71,3.

Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat skor TGM tertinggi pada 2023 dengan 73,27, diikuti oleh Jawa Tengah (71,31) dan Jawa Barat (70,47). Kalimantan Timur berada di peringkat ke-7 dengan skor 68,46. Menariknya, jumlah perpustakaan tidak selalu berbanding lurus dengan minat baca. Yogyakarta memiliki skor tertinggi tetapi hanya memiliki 231 perpustakaan, jauh lebih sedikit dibandingkan Jawa Timur dengan 1.047 perpustakaan. Kalimantan Timur yang berada di peringkat ke-7 hanya memiliki 89 perpustakaan.

Kualitas program literasi dan akses bahan bacaan lebih berperan dalam meningkatkan minat baca dibandingkan sekadar jumlah perpustakaan. Perkembangan teknologi mengubah pola membaca masyarakat. Dilansir dari perpusnas.go.id, layanan daring Perpustakaan Nasional mengalami peningkatan pengguna sebesar 55 persen pada 2021 dibandingkan 2020. Jumlah pinjaman e-book di iPusnas melonjak dari 2, 8 juta pada 2019 menjadi 5,4 juta pada 2021. Hal ini menunjukkan pergeseran dari media cetak ke digital.
Perubahan ini menunjukkan pergeseran minat baca dari media cetak ke digital, terutama di kalangan generasi muda yang lebih memilih akses mudah dan fleksibilitas perangkat digital. E-book dan audiobook semakin populer, tetapi pemanfaatan perpustakaan digital masih rendah. Banyak generasi muda lebih mengandalkan media digital dibandingkan buku cetak. Penelitian Nurhadi dan Wahyuni (2021) dalam jurnal “Pengaruh Digitalisasi terhadap Kebiasaan Membaca di Indonesia” mencatat bahwa 68 persen responden lebih memilih membaca melalui perangkat digital karena kemudahan akses dan banyaknya pilihan bacaan dalam satu perangkat.
Sebaliknya, Penelitian Delgado, Vargas, Ackerman, dan Salmerón (2018) dalam jurnal “Reading on Paper and Digital Devices: A Meta-Analysis of Reading Comprehension” menunjukkan bahwa membaca di layar digital dapat mengurangi konsentrasi dan pemahaman. Paparan layar yang berkepanjangan dapat menyebabkan kelelahan mata, sementara notifikasi atau fitur interaktif mengurangi fokus pembaca. Selain itu, kebiasaan membaca cepat dan konsumsi informasi dangkal dapat melemahkan kemampuan berpikir kritis.
Untuk meningkatkan minat baca, perlu pengembangan perpustakaan digital interaktif dengan fitur diskusi online dan ulasan buku. Hal ini berguna untuk memperkaya pengalaman membaca. Penyediaan e-book dan audiobook berkualitas juga penting untuk menjangkau berbagai kalangan pembaca. Kolaborasi dengan platform digital untuk menawarkan buku gratis atau berbiaya rendah. Dengan menambahkan fitur interaktif di aplikasi perpustakaan digital, minat baca bisa meningkat tanpa mengurangi pemahaman pembaca.
Penting juga untuk memperkuat integrasi literasi dalam kurikulum sekolah dengan menambah jam membaca dan menerapkan metode pembelajaran berbasis literasi sejak dini. Kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat diperlukan untuk membangun budaya literasi yang lebih kuat. Dengan pendekatan yang tepat, minat baca masyarakat Indonesia dapat terus meningkat seiring perkembangan teknologi dan akses informasi yang semakin luas. (*)
Penulis: Dwi Lena Irawati
Editing: Amin