PERJALANAN Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 bukan hanya soal perjuangan di lapangan, tetapi juga tentang pengakuan atas kualitas. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Garuda terbang hingga ke putaran keempat kualifikasi zona Asia. Namun, bukan hanya pencapaian historis ini yang menarik perhatian, melainkan juga nilai pasar skuad Indonesia yang kini melonjak drastis.
Menjelang Round 4, Timnas Indonesia mencatatkan diri sebagai skuad dengan nilai pasar tertinggi kedua di antara enam peserta. Hal ini terungkap dalam data terbaru Transfermarkt per Selasa (15/7/2025). Istilah “termahal” di sini bukan berarti biaya yang dikeluarkan untuk membentuk tim, melainkan total nilai pasar seluruh pemain dalam skuad.
Nilai pasar ini mencerminkan seberapa besar potensi dan kualitas yang dimiliki seorang pemain berdasarkan usia, performa, posisi, dan pengalaman. Artinya, semakin tinggi nilainya, semakin berharga pemain itu di mata pasar sepak bola internasional. Fakta Indonesia berada di posisi ini tentu menjadi kabar membanggakan. Tanda kualitas individu para pemain Garuda mulai diperhitungkan di level Asia.
Dari enam negara yang berlaga di Round 4, Uni Emirat Arab (UEA) menempati posisi pertama dengan total nilai pasar skuad mencapai Rp 884,73 miliar. Indonesia menyusul di posisi kedua dengan Rp 606,62 miliar. Nilai ini unggul jauh dari Arab Saudi yang berada di urutan ketiga dengan Rp 438,02 miliar.
Qatar berada di peringkat keempat dengan nilai Rp416,72 miliar, lalu disusul Irak di posisi kelima dengan Rp277,24 miliar. Sementara itu, Oman menjadi tim dengan nilai pasar terendah di babak ini, yakni Rp159,48 miliar.

Melonjaknya nilai skuad Indonesia menunjukkan bahwa regenerasi tim berjalan di arah yang tepat. Pemain-pemain muda diaspora seperti Rafael Struick, Ivar Jenner, hingga Justin Hubner kini punya nilai jual yang tinggi dan makin dilirik klub-klub internasional. Ini bukan hanya jadi kebanggaan, tapi juga modal penting untuk bersaing melawan tim-tim mapan Asia di putaran keempat nanti.(*)
Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin