Sebulan Naik Rp 600 Ribu, Milenial Pun Terpikat Jadikan Emas Instrumen Investasi

kaltimes.com
23 Apr 2025
Share

DI TENGAH ketidakpastian ekonomi global, lonjakan harga emas menjadi sorotan utama para pelaku pasar dan investor ritel. Emas yang selama ini dikenal sebagai aset lindung nilai, kembali menunjukkan daya tariknya. Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) tercatat menembus angka Rp 2.004.000 per gram pada Kamis (17/4/2025), menurut data Pegadaian. Ini merupakan rekor tertinggi baru setelah sebelumnya sempat turun ke kisaran Rp 1,4 juta per gram di awal bulan. Pergerakan tajam ini menjadi sinyal penting bagi siapa pun yang ingin melindungi nilai kekayaan dalam jangka panjang.

Kenaikan harga emas tersebut mencerminkan pemulihan pasar setelah tertekan oleh aksi jual besar-besaran di tingkat global. Seiring stabilisasi kondisi ekonomi dan meningkatnya permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven, logam mulia ini kembali menguat. Tren ini tidak hanya mencerminkan dinamika pasar global, tetapi juga memperlihatkan preferensi masyarakat terhadap bentuk investasi yang lebih aman dan stabil. (Sumber: Kompas, 2025, https://www.kompas.com/jawa-tengah/read/2025/04/17/073226188/harga-emas-hari-ini-semakin-mahal-tembus-rp-2004-juta-per-gram)

Preferensi ini terlihat jelas pada kalangan generasi milenial yang kian aktif dalam mengelola investasi, termasuk emas. Survei Jakpat terhadap 1.587 responden pada Oktober 2024 menunjukkan 21 persen milenial rutin berinvestasi dalam logam mulia atau tabungan emas. Artinya, satu dari empat milenial memilih emas sebagai instrumen investasi utama mereka. Selain emas, milenial juga berinvestasi dalam bentuk perhiasan (30 persen), properti (17 persen), reksa dana dan deposito (masing-masing 16 persen), serta aset berisiko seperti cryptocurrency dan saham (masing-masing 13 persen).

Perkembangan ini juga didorong oleh kemudahan akses melalui platform digital. Aplikasi investasi menjadi sarana utama yang dipilih investor muda karena praktis dan real-time. Survei Jakpat mengatakan aplikasi Pegadaian Digital menjadi yang paling banyak digunakan dengan 34 persen responden. Nilai ini disusul Dana eMas 30 persen dan Tokopedia Emas 19 persen. Data ini menegaskan bahwa kemajuan teknologi telah mempermudah generasi muda dalam mengambil keputusan investasi, termasuk untuk instrumen logam mulia.

Meningkatnya minat terhadap investasi emas tak lepas dari ketidakpastian ekonomi dan fluktuasi pasar. Dalam kondisi ini, masyarakat cenderung memilih instrumen yang lebih stabil dan aman. Penelitian Islammi, Pangestu, dan Munawar (2024) dalam judul Analisis Minat Masyarakat Berinvestasi Logam Mulia pada Produk Rahn di Pegadaian Syariah Kota Depok Cabang Margonda menunjukkan bahwa emas dipilih karena nilai stabilnya, terutama dibandingkan saham atau properti. Hal ini yang membuat emas cocok dijadikan alat pelindung kekayaan. Selain itu, karakteristik emas sebagai aset nyata (tangible asset) turut memberikan rasa aman secara psikologis bagi investor. Sejarah emas sebagai penyimpan nilai turut memperkuat kepercayaan masyarakat dalam menjadikannya investasi jangka panjang.

Meskipun emas sering dianggap sebagai instrumen investasi yang aman dan stabil, terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Hamna Anisatul Husna (2019) dalam penelitiannya berjudul “Analisis Kelebihan dan Kelemahan Investasi Emas pada Bank Syariah Mandiri KCP Ajibarang” mengungkapkan bahwa investasi emas memiliki beberapa keterbatasan. Beberapa kelemahan investasi emas perlu menjadi pertimbangan. Emas merupakan instrumen jangka panjang yang cenderung kurang likuid dibandingkan aset lainnya. Nilainya juga tidak dapat dengan mudah dipecah untuk kebutuhan transaksi kecil. Selain itu, investasi emas biasanya memerlukan pembayaran uang muka yang cukup besar. Untuk keamanannya, emas juga membutuhkan tempat penyimpanan khusus, seperti safe deposit box, yang dapat menambah biaya tambahan bagi investor.

Di sisi lain, tidak seperti saham atau obligasi, emas tidak menghasilkan pendapatan pasif berupa dividen atau bunga. Jika kepemilikan emas bukan dimaksudkan untuk tujuan investasi, maka aset ini justru dapat menjadi beban. Oleh karena itu, meskipun emas efektif sebagai lindung nilai terhadap inflasi, calon investor tetap perlu mempertimbangkan berbagai aspek sebelum menjadikannya sebagai pilihan utama dalam portofolio investasi

Investasi emas menjadi pilihan utama di tengah ketidakpastian ekonomi global, terutama di kalangan milenial yang semakin aktif mengelola investasi. Kenaikan harga emas yang signifikan mencerminkan permintaan yang tinggi akan aset ini sebagai pelindung kekayaan jangka panjang. Meskipun emas menawarkan stabilitas dan keamanan, ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. 

Emas lebih sulit dijual dengan cepat dibandingkan investasi lain dan memerlukan biaya tambahan untuk penyimpanan. Selain itu, emas tidak memberikan pendapatan rutin seperti dividen atau bunga. Oleh karena itu, meski emas efektif sebagai lindung nilai, calon investor perlu bijak mempertimbangkan aspek-aspek ini sebelum memilihnya sebagai investasi utama. (*)

Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin