Pertumbuhan QRIS di Kaltim Melambat, Tapi Masih Jadi Andalan Pembayaran Digital

kaltimes.com
2 Jul 2025
Share

DI TENGAH riuhnya festival kuliner di GOR Segiri, Samarinda, deretan pembeli tampak sibuk mengarahkan ponsel mereka ke kode batang yang terpajang di setiap gerai. Tanpa uang tunai, tanpa antre panjang, hanya satu kali pindai dan transaksi selesai. Di balik kepraktisan ini, QRIS perlahan menjelma jadi kebiasaan baru dalam keseharian warga Kalimantan Timur.

QRIS, atau Quick Response Code Indonesian Standard, salah satu sistem pembayaran digital berbasis kode respons cepat yang dikembangkan oleh Bank Indonesia. Kehadirannya menyederhanakan berbagai metode pembayaran nontunai menjadi satu sistem terpadu. Bagi pelaku UMKM, QRIS memudahkan pencatatan transaksi dan memperluas jangkauan pasar. Sementara bagi konsumen, QRIS menawarkan kenyamanan dan efisiensi, terutama dalam transaksi kecil dan harian. Dalam beberapa tahun terakhir, QRIS menjadi tulang punggung digitalisasi ekonomi, termasuk di Kalimantan Timur.

Menurut data dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kalimantan Timur yang dikutip dari Antara News, jumlah pengguna QRIS di provinsi ini memang masih bertambah. Namun, lajunya melambat. Pada triwulan I tahun 2025, jumlah pengguna QRIS tercatat tumbuh 8,21 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Angka ini jauh lebih rendah dibanding triwulan IV 2024, saat pertumbuhan pengguna mencapai 23,69 persen secara tahunan.

Perlambatan ini terlihat di tengah masifnya adopsi QRIS pada berbagai event publik seperti festival kuliner, termasuk yang berlangsung di GOR Segiri, Samarinda, pada Selasa, 1 Juli 2025. Kendati demikian, penggunaan QRIS tetap menunjukkan tren positif di kalangan masyarakat dan merchant lokal.

QRIS mungkin tidak lagi tumbuh secepat tahun sebelumnya, namun kehadirannya telah mengubah cara masyarakat bertransaksi. Dari pasar tradisional hingga event modern, pembayaran digital kini menjadi bagian dari gaya hidup. Untuk menjaga momentum ini, perlu langkah lanjutan berupa edukasi digital dan perluasan infrastruktur di luar kawasan perkotaan. Sebab di balik perlambatan angka, masih tersimpan potensi besar untuk menjangkau lebih banyak pengguna di Kalimantan Timur.(*)

Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin