Panas Mencekik! Samarinda Ungguli Kota-Kota di Dunia Capai 37 Derajat

kaltimes.com
25 Okt 2025
Share

UDARA terasa berat dan terik matahari menyengat kulit. Panas yang kita rasakan hari ini seolah membakar seluruh energi di siang hari. Inilah gambaran nyata dari suhu ekstrem yang melanda berbagai wilayah di Indonesia.

Dilansir Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca panas dengan suhu maksimum mencapai 37,6 derajat Celsius melanda berbagai wilayah Indonesia. Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi gerak semu matahari dan pengaruh Monsun Australia. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan penyebab utama suhu panas ini. Posisi gerak semu matahari pada bulan Oktober berada di selatan ekuator.

Faktor lainnya adalah penguatan angin timuran atau Monsun Australia. Angin ini membawa massa udara kering dan hangat. Akibatnya, pembentukan awan minim dan radiasi matahari dapat mencapai permukaan bumi secara maksimal. Kondisi ini diprakirakan masih akan berlanjut hingga akhir Oktober atau awal November 2025.
Indonesia Catat Suhu Tertinggi di Asia

Berdasarkan data Air Quality Index (AQI), dua kota di Indonesia tercatat punya suhu tinggi per Jumat (17/10/2025) pukul 12.40 WIB. Kota Martapura di Indonesia mencatat suhu tertinggi sebesar 37 derajat Celsius. Sementara itu, Kota Samarinda mencatatkan suhu maksimum 36 derajat Celsius.

Suhu tinggi di kedua kota Indonesia ini bahkan melampaui beberapa kota di China. Fo Shan Shi, Qingyuan, Heshan, dan Dongguan, yang juga mengalami panas, mencatat suhu 35 derajat Celsius. Namun demikian, Australia mencatatkan suhu tertinggi global. Kota Andamooka dan Thargomindah di Australia mencatat suhu ekstrem 39 derajat Celsius. Kota Katherine mencatat 38 derajat Celsius, sedangkan McMinns Lagoon mencatat 35 derajat Celsius.

Waspadai Dehidrasi dan Gelombang Panas

Suhu panas yang melanda Indonesia ini memiliki dampak serius bagi kesehatan dan aktivitas masyarakat. Peningkatan suhu yang ekstrem dapat memicu dehidrasi dan gelombang panas. Dehidrasi dapat menyebabkan kelelahan, pusing, hingga pingsan jika kita tidak tangani dengan baik.

Selain itu, suhu yang tinggi juga memicu peningkatan risiko kebakaran hutan dan lahan. Kondisi kering dan minimnya awan sangat mendukung penyebaran api. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah pencegahan. Kita perlu menjaga hidrasi tubuh dengan minum air yang cukup. Kita juga harus menghindari aktivitas luar ruangan yang berlebihan.(*)


Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin