Linux Tumbuh 3 Kali Lipat di Indonesia dalam 10 Tahun

kaltimes.com
1 Agu 2025
Share

LINUX makin dikenal di Indonesia. Dulu dianggap rumit dan asing, kini mulai dilirik banyak pengguna.

Sistem operasi ini pertama kali dikembangkan oleh Linus Torvalds pada tahun 1991. Linux hadir sebagai kernel open-source, artinya siapa pun bebas menggunakannya. Banyak pengembang memodifikasi dan mendistribusikannya secara gratis.

Data dari StatCounter menunjukkan tren pertumbuhan yang menjanjikan. Pada tahun 2015, pangsa pasar Linux di Indonesia hanya 0,87 persen. Angka ini sempat stagnan di 0,86 persen pada 2018 dan bahkan turun ke 0,81 persen pada 2019.

Namun, sejak 2020, arah tren mulai berubah. Linux naik ke 1,36 persen, lalu terus tumbuh hingga mencapai 3,68 persen pada pertengahan 2025. Lonjakan ini menunjukkan adanya minat baru dari pengguna komputer di Indonesia.

Pertumbuhan ini tidak lepas dari dua faktor utama: gratis dan ringan. Linux bisa berjalan di perangkat lama, dengan keamanan tinggi, tanpa biaya lisensi. Bagi banyak pengguna, ini menjadi solusi saat harga perangkat dan software makin mahal.

Meski begitu, Linux belum bisa menyaingi sistem operasi besar seperti Windows atau MacOS. Banyak software populer seperti Adobe dan Microsoft Office belum sepenuhnya tersedia. Selain itu, antarmuka Linux masih dianggap sulit, terutama bagi pemula.

Meski belum dominan, tren positif Linux dalam 10 tahun terakhir jadi sinyal perubahan. Dukungan komunitas dan akses terbuka bisa jadi kunci agar Linux lebih diterima luas di masa depan.(*)

Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin