KOPI bukan sekadar minuman. Ia sudah menjadi bagian dari ritme harian yang menyatukan orang-orang dari berbagai belahan dunia. Dari meja sarapan sederhana hingga rapat penting di gedung pencakar langit.
Menurut data dari United States Department of Agriculture (USDA), konsumsi kopi dunia masih sangat tinggi pada periode panen 2024/2025. Uni Eropa tercatat sebagai wilayah dengan konsumsi tertinggi, mencapai 39,88 juta kantong kopi. Di mana satu kantong setara dengan 60 kilogram. Di posisi kedua, Amerika Serikat mengonsumsi 25,35 juta kantong. Data ini disusul oleh Brasil yang bukan hanya produsen utama, tetapi juga konsumen besar dengan angka 21,97 juta kantong.
Jepang menempati peringkat keempat dengan konsumsi 6,77 juta kantong, diikuti oleh Filipina sebanyak 6,33 juta kantong dan China 5,66 juta kantong. Kanada dan Indonesia memiliki konsumsi yang hampir berimbang, yaitu 5 dan 4,8 juta kantong. Rusia dan Inggris menyusul di belakang dengan konsumsi masing-masing sebesar 4,45 dan 4,01 juta kantong.

Meskipun Indonesia bukan konsumen kopi terbesar secara global, angka tersebut tetap menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan konsumsi tertinggi di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kopi telah semakin mengakar dalam budaya dan gaya hidup masyarakat Indonesia.
Perlu dicatat bahwa angka konsumsi ini didasarkan pada periode panen di masing-masing negara. Di Indonesia, misalnya, musim panen kopi dimulai pada bulan April, sehingga data yang tercatat mencerminkan konsumsi selama satu musim panen penuh sejak periode tersebut.
Dari angka-angka ini, bisa dilihat kopi bukan hanya soal cita rasa, tetapi juga bagian dari kebutuhan dan gaya hidup global. Di Indonesia sendiri, lonjakan konsumsi menunjukkan bahwa kopi telah melampaui perannya sebagai minuman tradisional(*)
Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin