Karhutla Juli 2025: Sumatera Membara, Kalimantan Timur Bertahan

kaltimes.com
6 Sep 2025
Share

SETIAP menit di hutan gambut terasa menegang. Udara kering dan panas terus mengintimidasi kehidupan rapuh di bawahnya. Musim kemarau Juli 2025 memicu gelombang Kebakaran Hutan dan Lahan (karhutla) di sejumlah provinsi di Sumatera.

Menurut data Buletin Info Bencana Juli 2025 dari PDSI Pusdatinkom, tercatat 177 kejadian karhutla. Angka itu menyumbang 61,67 persen dari total 287 bencana pada bulan tersebut.

Riau mencatat kasus terbanyak, yakni 53 kejadian. Setelah itu, Sumatera Utara melaporkan 31 peristiwa. Kalimantan Tengah menyusul dengan 26 kejadian, lalu Sumatera Barat dengan 15, dan Sumatera Selatan dengan 13 kejadian.

Secara keseluruhan, Sumatera mendominasi dengan sebagian besar provinsi dalam daftar, menunjukkan kerentanan tinggi pada puncak musim kemarau yang tiba lebih awal di wilayah itu. Mayoritas daerah di Sumatera, khususnya Riau, menghadapi kemarau puncak pada Juli, bukan Agustus seperti di daerah lain, sehingga mempercepat risiko karhutla di wilayah tersebut.

Bagaimana dengan Kalimantan Timur?

Data KLHK menunjukkan Kalimantan Barat, bukan Kalimantan Timur, menempati posisi teratas lahan terbakar sejak Januari hingga Agustus 2025. Setelah itu, secara berurutan ada Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Kalimantan Tengah. Dilansir Antara News, Kalimantan Timur tidak masuk dalam lima besar provinsi dengan karhutla terbanyak saat itu.

Pemerintah Provinsi Kaltim bersama KLHK dan GAPKI menjalankan strategi mitigasi proaktif. Mereka menurunkan status siaga, menggelar apel siaga serta Jambore Dalkarhutla, dan menggerakkan kelompok masyarakat peduli api (Kelompok Tani Peduli Api). Dilansir Disway Kaltim langkah ini terbukti memperkuat perlindungan terhadap kebakaran sehingga Kaltim tetap lebih aman dibandingkan provinsi lain.

Karena itu, saat asap mulai menyelimuti langit dan arang meninggalkan jejak, kita diingatkan pada tanggung jawab besar. Yang dipadamkan bukan sekadar api, tetapi juga risiko hilangnya harapan dan masa depan. Jika dulu Indonesia diperjuangkan, kini giliran kita menjaganya.


Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin