Jurnalis Jadi Raja Kopi, Habiskan 3,62 Cangkir Sehari

kaltimes.com
25 Okt 2025
Share

UAP panas mengepul dari cangkir, aroma pahit yang khas menyebar pelan di meja kerja. Secangkir kopi, bagi banyak pekerja, adalah ritual penting. Minuman ini memberikan lonjakan energi sebelum mereka menghadapi tuntutan jam kerja yang panjang.

Minum kopi dapat secara signifikan memengaruhi performa kinerja. Di tengah kondisi kerja yang menuntut performa tinggi, kopi menjadi andalan untuk menciptakan fokus dan kewaspadaan.

Hal ini sejalan dengan temuan Pressat. Pengumpulan data dalam survei ini dilakukan secara daring. Survei melibatkan 20.000 pekerja di Inggris. Responden mencakup karyawan penuh waktu, pekerja lepas, pemilik bisnis, dan wiraswasta yang berusia di atas 18 tahun. Survei berlangsung pada periode Januari hingga Maret 2025.

Jurnalis Puncaki Daftar Peminum Kopi Terbanyak

Profesi jurnalis menempati posisi teratas sebagai kelompok pekerja dengan konsumsi kopi tertinggi pada tahun 2025. Berdasarkan survei Pressat, seorang jurnalis rata-rata menghabiskan 3,62 cangkir kopi per hari. Angka ini lebih banyak dibandingkan tenaga medis, yang mencakup dokter serta perawat.

Tenaga medis mencatat rata-rata konsumsi kopi mencapai 3,6 cangkir per harinya. Peningkatan konsumsi kopi di kalangan tenaga medis ini menarik. Sebelumnya, mereka berada di posisi kelima dan kini naik ke posisi kedua.

Sementara itu, polisi menempati urutan ketiga dengan konsumsi rata-rata 2,52 cangkir kopi per hari. Profesi sopir dan guru menyusul. Mereka masing-masing mengonsumsi sekitar 2,5 cangkir kopi setiap hari.

Adapun pimpinan perusahaan dan teknisi melengkapi tujuh besar profesi yang paling gemar meminum kopi pada tahun 2025. Masing-masing profesi mencatat rata-rata konsumsi sebanyak 2,4 dan 2,39 cangkir per hari.

Max Forrest dari Pressat menjelaskan bahwa hasil ini tidak mengejutkan. Ia menemukan pola yang konsisten dengan tahun sebelumnya. Jurnalis tetap menjadi peminum kopi terbanyak. Ia menduga peningkatan konsumsi kopi di kalangan tenaga medis berkaitan erat dengan beban kerja tinggi, jam kerja panjang, serta tekanan anggaran di sektor kesehatan.

Perbedaan Waktu Minum Kopi

Menariknya, survei ini juga mengungkap bahwa 20,32 persen responden dari seluruh profesi merasa sangat terpengaruh jika melewatkan secangkir kopi di hari mereka. Hal ini menandakan betapa besarnya peran kafein dalam menunjang produktivitas kerja.

Waktu minum kopi juga berbeda antarsektor. Kebanyakan jurnalis memilih waktu pagi untuk menikmati kopi. Sebanyak 20,82 persen meminumnya dalam rentang pukul 7 hingga 9 pagi. Kemudian, 20,24 persen minum pada pukul 9 hingga 11 siang. Bahkan, sejumlah 19,74 persen meminum kopi sebelum pukul 7 pagi. Proporsi jurnalis yang mengonsumsi kopi setelah pukul 11 siang hanya sebesar 18,64 persen.

Berbeda dengan tenaga kesehatan, dominasi publik yang berprofesi dokter atau perawat justru memilih di atas pukul 11 siang sebagai waktu terbaiknya untuk meminum kopi. Mereka mencatat proporsi 20,76 persen. Hanya 20,18 persen responden tenaga medis yang meminum kopi pada pukul 7 hingga 9 pagi. Sisanya, sebesar 20,15 persen meminumnya sebelum pukul 7 pagi, diikuti 18,96 persen pada pukul 9 hingga 11 siang.

Analisis Manfaat Ilmiah Kafein

Tingginya konsumsi kopi di kalangan profesi bertekanan tinggi ini bukan tanpa alasan ilmiah. Kopi mengandung kafein, zat psikoaktif yang bekerja sebagai antagonis reseptor adenosin. Adenosin merupakan neurotransmiter yang memicu rasa lelah dan kantuk.

Menurut beberapa penelitian, termasuk yang diulas dalam jurnal Manfaat Konsumsi Kopi dalam Meningkatkan Kemampuan Mengingat (Memori): A Narrative Review (Tursina & Aminah, 2019), kafein memblokir adenosin. Pemblokiran ini mengakibatkan peningkatan pelepasan neurotransmiter lain, seperti dopamin dan norepinefrin.

Peningkatan ini secara langsung meningkatkan tingkat energi, kewaspadaan mental, dan fokus. Selain itu, konsumsi kopi terbukti dapat meningkatkan memori jangka pendek dan memperbaiki fungsi kognitif.

Angka konsumsi kopi yang tinggi ini mencerminkan tingginya tuntutan kerja di sektor-sektor tersebut. Kopi telah bertransformasi dari sekadar minuman menjadi alat penting dalam menjaga kinerja kognitif.

Kita melihat bagaimana pekerja mengandalkan kafein sebagai jaring pengaman agar mereka tetap produktif. Kita harus mendorong kesadaran mengenai batas konsumsi yang aman. Hal ini penting agar mereka mendapatkan manfaat kopi tanpa mengalami efek samping negatif. (*)


Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin