Indonesia Pimpin ASEAN dengan 1,38 Juta Hektare Situs Ramsar

kaltimes.com
12 Agu 2025
Share

LANGIT pagi di Merauke menyinari rawa dan hutan mangrove. Burung-burung air terbang rendah, sementara air pasang mengalir tenang di Taman Nasional Wasur. Kawasan ini bukan sekadar bentang alam, tetapi warisan dunia yang tercatat sebagai situs Ramsar.

Tanggal 2 Februari menjadi peringatan Hari Lahan Basah Internasional. Peringatan ini berawal dari Konvensi Lahan Basah pada 2 Februari 1971 di Kota Ramsar, Iran. Konvensi tersebut menetapkan berbagai wilayah lahan basah sebagai situs Ramsar. Hingga 2025, tercatat 2.532 situs Ramsar di seluruh dunia yang mencakup lebih dari 257 juta hektare

Data Convention of Wetlands menunjukkan Indonesia memimpin luas situs Ramsar di ASEAN, yaitu 1,38 juta hektare yang tersebar di delapan lokasi. Filipina menempati posisi kedua dengan 432 ribu hektare, disusul Thailand 405 ribu hektare. Myanmar mencatat 279 ribu hektare, Malaysia 134 ribu hektare, Vietnam 121 ribu hektare, Kamboja 85 ribu hektare, dan Laos 15 ribu hektare.

Pemerintah meratifikasi Konvensi Ramsar melalui Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 1991. Mereka memperkuat upaya pelestarian lewat pembentukan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) serta menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 120 Tahun 2020. Aturan internasional mewajibkan setiap negara peserta memiliki minimal satu situs Ramsar dengan perlindungan khusus.

Indonesia memiliki delapan situs Ramsar. Taman Nasional Wasur di Merauke menjadi yang terluas dengan 413.810 hektare. Taman Nasional Tanjung Puting menempati urutan kedua dengan 408.286 hektare, disusul Taman Nasional Sembilang seluas 202.896 hektare. Setelah itu ada Taman Nasional Berbak (162.700 hektare), Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (105.194 hektare), Taman Nasional Danau Sentarum (80.000 hektare), Taman Wisata Alam Menipo (2.450 hektare), dan Suaka Margasatwa Pulau Rambut (90 hektare).

baca juga: Hutan Indonesia Kian Menyusut: Di Mana Kita Saat Daun Terakhir Gugur?

Lahan basah memberi manfaat penting bagi lingkungan dan masyarakat. Manfaatnya meliputi penyerapan karbon, pengendalian banjir, hingga penyediaan habitat bagi satwa langka. Tantangan terbesarnya adalah menjaga kelestarian di tengah tekanan pembangunan dan perubahan iklim.

Posisi Indonesia sebagai negara dengan situs Ramsar terluas di ASEAN bukan hanya membawa kebanggaan, tetapi juga menuntut tanggung jawab besar. Kekayaan ini harus tetap terjaga agar menjadi penopang kehidupan dan inspirasi bagi generasi mendatang.(*)

Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin