TAK LAGI JADI TREND, ChatGPT kini jadi teman harian banyak orang.
Dari pelajar, pekerja, hingga pelaku bisnissemua mulai bergantung pada kecerdasan buatan untuk mencari solusi cepat dan praktis.
Data terbaru dari Semrush menunjukkan Indonesia masuk jajaran lima besar negara dengan pengguna ChatGPT terbanyak di dunia. Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dengan 105,5 juta pengguna. Disusul India (54,6 juta), Brasil (29,8 juta), Jerman (22,4 juta), dan Indonesia di posisi kelima dengan 17,5 juta pengguna. Angka ini mencerminkan betapa besar ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap teknologi berbasis AI.

ChatGPT bukan lagi sekadar chatbot. Kini, banyak orang menggunakannya untuk membantu pekerjaan sehari-hari.
Menurut laporan RRI.com, pengguna memanfaatkannya untuk menyusun tugas sekolah, menulis email, merangkum dokumen, hingga membuat kode program. Bahkan, ChatGPT juga bisa menghasilkan gambar atau ilustrasi promosi melalui fitur plugin atau integrasi teks ke gambar.
Meskipun demikian, penggunaan ChatGPT secara berlebihan juga bisa berdampak negatif. Studi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang dikutip Analytics Insight (2024) menunjukkan penggunaan ChatGPT dalam menulis esai menurunkan aktivitas otak pengguna. Hasil pemindaian otak menunjukkan konektivitas antarneuron lebih rendah, daya ingat menurun dan kreativitas melemah. Temuan ini mengindikasikan ketergantungan pada AI dapat mengikis kemampuan berpikir mendalam dan membuat pengguna menjadi malas berpikir secara mandiri
Meningkatnya jumlah pengguna menunjukkan AI bukan lagi teknologi masa depan, tapi bagian dari kehidupan sekarang. Tantangannya, bagaimana pengguna bisa memanfaatkannya secara bijak dan bertanggung jawab.(*)
Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin