Mahasiswa Indonesia Paling Rajin Pakai AI: 32 Persen Akses 2–5 Kali Sehari

kaltimes.com
27 Jul 2025
Share

BERTANYA pada mesin kini bukan lagi hal aneh di ruang-ruang kelas dan perpustakaan. Bagi banyak mahasiswa, Artificial Intelligence (AI) telah menjadi ‘teman belajar’ sehari-hari. Mereka mampu merangkum jurnal, menyusun esai, sampai menyelesaikan soal.

Laporan Global Student Survey 2025 dari Chegg mencatat, empat dari lima mahasiswa di seluruh dunia telah menggunakan AI generatif untuk mendukung pembelajaran. Tapi yang mencolok, Indonesia menempati peringkat teratas. Sebanyak 95 persen responden mahasiswa Indonesia dalam survei tersebut mengaku sudah menggunakan AI dalam aktivitas akademik mereka. Persentase ini menjadi tertinggi dibandingkan 9 negara lain yang disurvei.

Soal seberapa sering AI digunakan, 32 persen mahasiswa Indonesia mengakses AI 2–5 kali per hari. Sebanyak 27 persen menggunakan beberapa kali per minggu dan 17 persen bahkan menggunakan 6–10 kali per hari. 

Sementara itu, 9 persen lainnya mengaku memakai AI lebih dari 10 kali dalam sehari. Sisanya menggunakan satu kali per hari (6 persen), kurang dari satu kali per minggu (6 persen) dan satu kali per minggu (3 persen). Hanya 1 persen yang menjawab tidak tahu.

Para ahli pendidikan dan teknologi menilai bahwa penggunaan AI dalam dunia kampus membawa dampak yang positif, namun tidak lepas dari tantangan. Salah satunya disampaikan oleh Firman Kurniawan, Pakar Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI). Dalam keterangannya yang dilansir Antara News(2024), ia menjelaskan AI dapat menjadi alat bantu yang kuat bagi dosen dan tenaga pengajar. Contohnya untuk merancang materi ajar yang lebih personal dan efisien. Dengan bantuan AI, guru dapat menyesuaikan konten pembelajaran berdasarkan kebutuhan dan kemampuan masing-masing mahasiswa.

Namun, Firman juga memberi catatan penting. Jika penggunaan AI dilakukan secara berlebihan tanpa pendampingan yang tepat. Hal itu berpotensi melemahkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Alih-alih memicu proses analisis dan refleksi, mahasiswa bisa jadi terlalu bergantung pada jawaban instan dari mesin. Padahal, inti dari pendidikan tinggi adalah membentuk pola pikir mandiri, kreatif, dan kritis.

Data ini memperlihatkan AI bukan hanya tren sesaat di dunia pendidikan Indonesia, melainkan sudah menjadi bagian dari kebiasaan belajar. Namun, tingginya intensitas penggunaan ini perlu diimbangi dengan literasi digital dan etika akademik, agar teknologi ini tidak hanya mempermudah, tetapi juga mendidik.(*)

Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin