Analisis Algoritma Random Forest: 2025 Kaltim Masih Harus Impor 148 Ribu Ton Beras 

kaltimes.com
30 Mei 2025
Share

MESKI memiliki lahan luas dan potensi besar, Kalimantan Timur masih bergantung pada pasokan beras dari Jawa. Ketergantungan ini menunjukkan bahwa provinsi ini belum mampu memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Penyebab utamanya adalah minimnya dukungan bagi petani lokal dan belum memadainya infrastruktur pertanian.

Menurut Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kalimantan Timur 2025–2029, antara 2019 hingga 2024, produksi dan produktivitas padi serta beras menurun. Penyebab utama adalah alih fungsi lahan, terbatasnya air dan benih unggul, perubahan iklim dan menurunnya minat petani. Selain itu, Infrastruktur penunjang juga belum optimal. Didapati dari total 46.640 hektare lahan sawah baku, hanya 11.920 hektare yang memiliki irigasi. Ini menyebabkan produktivitas tetap rendah.

Di sisi lain, pola konsumsi beras masyarakat Kalimantan Timur cenderung tinggi, mengingat beras merupakan makanan pokok utama. Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, permintaan terhadap beras pun meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ini memperlebar kesenjangan produksi dan konsumsi, membuat Kalimantan Timur tetap bergantung pada pasokan dari Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. 

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022, konsumsi beras per kapita di Kalimantan Timur diperkirakan mencapai 78 kilogram per orang per tahun. Dengan jumlah penduduk sekitar 3,8 juta jiwa pada tahun 2022, kebutuhan beras total diperkirakan sekitar 296.400 ton. Namun, produksi beras di Kalimantan Timur pada tahun 2022 hanya mencapai 239.425 ton, yang berarti masih terdapat defisit sekitar 56.975 ton. Dari sini membuktikan kebutuhan beras harus dipenuhi dari pasokan luar daerah

Untuk memprediksi kebutuhan beras di Kalimantan Timur pada 2025, digunakan algoritma Random Forest yang diperkenalkan oleh Tin Kam Ho pada 1995 dan dikembangkan oleh Leo Breiman dan Adele Cutler. Metode ini menggabungkan pohon keputusan yang berisikan beberapa pertanyaan bertingkat untuk mempelajari pola dan memberikan prediksi berdasarkan data historis.

Pemilihan Random Forest bukan tanpa alasan. Metode ini dikenal memiliki kemampuan yang baik dalam menangani data kompleks serta memberikan hasil prediksi yang stabil. Analisis ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Sangwan dan rekan-rekannya pada tahun 2021 berjudul Comparative Analysis of Machine Learning Algorithms for Crop Yield Prediction. Dalam jurnal disebutkan random forest terbukti mengungguli berbagai algoritma lain dalam memprediksi hasil panen. Random forest cocok untuk memprediksi produksi pertanian di Kalimantan Timur, mengingat keragaman produktivitas antar daerah. 

Untuk mendukung prediksi, digunakan data produksi beras dari kabupaten dan kota di Kalimantan Timur selama 2020–2024 sebagai variabel bebas. Model mempelajari hubungan historis untuk memproyeksikan total produksi provinsi pada 2025. Selain itu, model juga menangkap pola wilayah dan menghasilkan estimasi provinsi.

Hasil prediksi menunjukkan bahwa pada tahun 2025, Kalimantan Timur diperkirakan akan memproduksi sekitar 148 ribu ton beras. Hasil ini merupakan hasil penjumlahan dari prediksi produksi di setiap kabupaten dan kota, yang dihitung secara menyeluruh oleh model. 

Akurasi model diukur menggunakan nilai Root Mean Squared Error (RMSE), yaitu sebesar 896 ton. Artinya, jika hasil prediksi menunjukkan produksi beras sebesar 148 ribu ton, data aktual diperkirakan berada dalam rentang antara 147,1 ribu ton hingga 148,9 ribu ton. Model ini menunjukkan performa prediksi yang cukup baik.

Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kalimantan Timur pada 2025 diperkirakan mencapai 3,8 juta jiwa. Dengan asumsi konsumsi beras per kapita sekitar 78 kg per tahun (Susenas 2022). Didapati kebutuhan beras 78 kg x 3,800,000 orang = 296 ribu ton per tahun. Di sisi lain, prediksi produksi beras hanya sekitar 148 ribu ton. Artinya, masih ada defisit sekitar 148 ribu ton yang harus dipenuhi dari luar daerah.

Hasil prediksi ini mempertegas kenyataan bahwa Kalimantan Timur masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri. Meski potensi produksi beras diproyeksikan mencapai ratusan ribu ton, kesenjangan antara kapasitas produksi dan kebutuhan konsumsi tetap lebar. Ketergantungan pada pasokan luar tidak hanya disebabkan oleh persoalan produksi, tetapi juga oleh lemahnya dukungan infrastruktur, kebijakan, dan insentif bagi petani. Oleh karena itu, upaya menuju swasembada pangan di Kalimantan Timur perlu pembenahan struktural yang menyentuh akar persoalan di sektor pertanian.(*)

Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin