Jawa Barat Punya 367 Kampus, Kaltim Hanya 53: Ketimpangan Perguruan Tinggi Terbongkar

kaltimes.com
26 Sep 2025
Share

SETIAP sudut kampus menyimpan cerita. Ada mahasiswa yang sibuk berdiskusi, ada pula yang menyiapkan kegiatan organisasi. Dari ruang-ruang belajar itu, ide lahir dan masa depan bangsa ditempa.

Perguruan tinggi bukan sekadar tempat menimba ilmu. Ia juga menjadi pusat riset, ruang melatih kepemimpinan, hingga penggerak ekonomi daerah. Karena itu, keberadaan kampus sangat penting bagi pemerataan pembangunan dan kualitas sumber daya manusia.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, Jawa Barat menempati posisi teratas dengan 367 perguruan tinggi. Jumlah itu terdiri dari 12 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan 355 Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

Jawa Timur berada di peringkat kedua dengan 344 perguruan tinggi. Komposisinya terdiri dari 17 PTN dan 327 PTS. Jakarta menempati urutan ketiga dengan 250 kampus, termasuk 4 PTN dan 246 PTS.

Jawa Tengah menyusul dengan 241 perguruan tinggi. Dari jumlah tersebut, 9 diantaranya PTN dan 232 PTS. Sumatra Utara ada di posisi kelima dengan 198 kampus, terdiri dari 3 PTN dan 195 PTS.

Di luar Jawa, Sulawesi Selatan berada di peringkat keenam dengan 180 perguruan tinggi, terdiri dari 5 PTN dan 175 PTS. Lalu DI Yogyakarta menempati posisi ketujuh dengan 105 kampus. Meski kecil, daerah ini dikenal sebagai Kota Pelajar karena punya 5 PTN dan 100 PTS.

Banten ada di posisi kedelapan dengan 102 perguruan tinggi. Sementara Sumatra Selatan menyusul dengan 91 kampus. Sumatra Barat menutup daftar sepuluh besar dengan 88 perguruan tinggi.

Jika diperhatikan, konsentrasi perguruan tinggi masih bertumpu di wilayah barat Indonesia. Jawa dan Sumatra mendominasi, sementara wilayah tengah dan timur tertinggal jauh.

Kalimantan Timur misalnya. Provinsi ini hanya memiliki sekitar 53 perguruan tinggi, terdiri dari 7 PTN dan 46 PTS. Padahal wilayah ini sedang tumbuh cepat sebagai pusat ekonomi baru, apalagi dengan hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN).

Kesenjangan jumlah perguruan tinggi berdampak besar. Daerah dengan sedikit kampus sering kesulitan menyediakan akses pendidikan tinggi. Anak muda harus merantau jauh, atau bahkan kehilangan kesempatan melanjutkan studi.

Idealnya, perguruan tinggi tidak hanya terkonsentrasi di pulau-pulau besar. Pembangunan kampus perlu merata agar talenta lokal bisa berkembang di daerah asalnya. Dengan begitu, pemerataan pendidikan bisa sejalan dengan pemerataan pembangunan.

Masa depan bangsa tidak hanya ditentukan oleh jumlah mahasiswa, tetapi juga oleh seberapa luas akses perguruan tinggi terbuka bagi semua. Dulu Indonesia diperjuangkan dengan semangat belajar, kini saatnya memastikan setiap daerah mendapat ruang yang sama untuk maju. (*)


Penulis: Dwi Lena Irawati
Editor: Amin