GEMERLAP layar kaca masih jadi bagian keseharian banyak keluarga di Kalimantan Timur. Meski internet makin merajalela, televisi tetap menemani obrolan, makan malam, hingga waktu santai.
Meskipun penetrasi internet dan media digital semakin luas, televisi masih bertahan sebagai media hiburan dan informasi. Menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, lebih dari 70 persen penduduk di sepuluh provinsi tercatat menonton televisi dalam sepekan terakhir.
Jakarta Tertinggi, Lampung dan Jawa Barat Menyusul
Secara nasional, DKI Jakarta mencatat persentase tertinggi dengan 80,06 persen penduduk menonton televisi. Lampung berada di urutan kedua dengan 79,51 persen, lalu Jawa Barat dengan 78,88 persen. Provinsi lain yang masuk lima besar adalah Banten (77,69 persen) dan Jambi (73,54 persen).
Kalimantan Selatan menempati posisi keenam dengan 72,83 persen, sekaligus menjadi provinsi dengan angka tertinggi di Pulau Kalimantan. Di bawahnya ada Jawa Timur (72,8 persen), Jawa Tengah (72,58 persen), dan Sumatra Selatan (72,25 persen).
Posisi Kalimantan Timur
Kalimantan Timur masuk dalam sepuluh besar provinsi dengan penduduk paling banyak menonton televisi. Sebanyak 71,34 persen warga berusia 10 tahun ke atas di Kalimantan Timur tercatat menonton televisi dalam sepekan terakhir. Angka ini menempatkan Kalimantan Timur di peringkat kesepuluh nasional, sekaligus menegaskan bahwa televisi masih diminati meskipun internet semakin dominan.
Rata-rata nasional penduduk yang menonton televisi pada 2024 mencapai 70,45 persen. Dengan capaian 71,34 persen, Kalimantan Timur masih berada di atas rata-rata nasional. Namun, bila dibandingkan total 38 provinsi di Indonesia, sebagian besar wilayah justru memiliki proporsi penonton televisi di bawah angka rata-rata tersebut.

Pro dan Kontra Menonton Televisi
Menonton televisi tidak selalu berdampak negatif. Aktivitas ini dapat memberi akses informasi yang mudah, sarana relaksasi, hingga memperkuat ikatan keluarga lewat tontonan bersama. Tantangannya adalah bagaimana masyarakat mampu memilih tayangan yang bermanfaat di tengah derasnya konten hiburan yang tersedia.
Pemerintah juga perlu mengambil peran lebih besar dalam menata konten televisi. Misalnya dengan memastikan berita ditayangkan apa adanya tanpa ditutup-tutupi, menghadirkan program kartun edukasi, serta mendukung produksi film animasi lokal seperti Nussa, Desa Timun, dan Kiko agar tayangan televisi menjadi lebih sehat sekaligus membangun karakter anak.
Masa depan televisi di Kalimantan Timur akan bergantung pada seberapa jauh media ini bisa beradaptasi dengan generasi muda yang lebih akrab dengan internet. Pada akhirnya, pilihan tayangan akan menentukan apakah televisi tetap bertahan sebagai ruang bersama atau semakin tergeser oleh layar digital.(*)
Penulis: Dwi Lena Irawati